Mata sehun exo

"GAK PUNYA MATA APA, HUH??" "Maafkan aku, sumpah aku tidak sengaja. Maaf... maaf." "Ciihhh... jika semua kesalahan bisa dibayar dengan kata maaf terus polisi kerja apa, nona?!" "Maafkan aku... aku benar-benar tidak sengaja. Aku mengakui kecerobohanku yang tidak memperhatikan jalan." "Cihhh, Kau tau?? kau benar-benar membuatku muak sekarang." Tak tahu mengapa emosiku seketika makin membuncah ketika melihat wajah tanpa dosanya itu sekarang. Tipikal "Hentikan tatapan tak berdosamu itu. Ku pikir…

Sepanjang pengetahuan para tetangga, Oh Sehun adalah pemuda pengangguran yang punya hobi bermain game. Dia nyaris tak pernah menampakkan batang hidungnya, kecuali pada tengah malam untuk pergi ke minimarket 24 jam dan membeli camilan serta mi instan. Kim Mina, ibunya sampai stres membujuk putranya untuk pergi mencari pekerjaan lain. Sehun sudah terlanjur menulikan diri dari pendapat para tetangga. Yang ada di otaknya adalah game dan Lee Na Ra. Wanita berusia 28 yang jadi tetangganya…

Sehun dan Irene yang udah jadi mantan, tapi masih sering ketemu... di instagram Balikan ga ya... Punya temen yang temennya mantan juga, emang bikin susah ya.... susah move on hehe Seperti biasa ini pake bahasa non baku yaa. Ayok baca!💜 And also... I got all picts from Google, i really appreciate and thank you to all who made it💜

[COMPLETE ✔️] Lu banyangin aja.. Lu baru suka sama EXO.. Tapi tiba tiba lu udah ketemu salah satu membernya! Gila nggak? *** "Oh????? Sehun?!" Mata gua membelalak waktu nama namja ganteng itu gua sebut. gimana nggak belalak? wajah tampan penuh kharismatik yang sering gua liat di tv atau yutub itu tiba tiba ada di depan gua! Iya Sehun! lu nggak salah baca! dia di depan gua! Niradesu ©2017

Flashback Waktu menunjukan pukul 7:30 malam dan aku masih belum menyelesaikan pekerjaan ku namun kemudian sekertarisku " ...

[COMPLETED] 23 Alasan kenapa gue cinta Sejeong. untuk Sejeong, dari Sehun.

“chanyeol military era menghasilkan pc pemersatu sobat sbt”

(ENDING) "APA YANG KAMU UCAPKAN, VINCENT!?" Dadaku terasa sangat sesak, bagai terhimpit benda berat tak kasat mata. Dia, orang yang berada di depan ku, suamiku sendiri, menyatakan bahwa dia telah menghamili gadis yang kini menangis di balik punggung kekar suamiku. Gadis yang ku anggap adikku sedari kecil. Anak dari seorang pelayan di rumah orangtuaku. "Apa ucapan saya kurang jelas?" Aku menggeleng ribut, tanganku menutup mulut tak sanggup mendengarkan isakan menyedihkan ku sendiri. "Anak…